Aneh...sungguh aneh, nyala api lilin seakan masih ada
didepan matkami, padahal kami sudah memejamkan mata, terdengar Ki Sumantri yang
saat itu menyatakan diri sebagai guru lantaran kami dan menyebutkannya dalam
mantra pembuka meditasi sebagai guru pembimbing kami.
Lalu beliu bertanya kepada kami : ” sebutkan warna-warna
nyala api lilin yang kalian lihat “, memang kemudian muncul nyala lilin warna
merah, biru, kuning, hijau, bergantian, ada yang dua-tiga kali muncul, malah
warna hitam juga muncul, setiap kusebutkan dicatat dengan teliti oleh guru
pembimbing kami.
Setelah nyala api lilin kemudian tidak muncul lagi
maka lampu kamar dinyalakan dan diperlihatkan kepad kami catatan deretan
warna-warna yang muncul saat kami memejamkan mata. Setelah mempelajari catatan tersebut beberapa saat dan
membandingkannya dengan beberapa catatan sebelumnya, kemudian dia menganggukan
kepalanya, ” Bagus...bagus...pener tenan “, kata beliu, ” Mulai malam ini,
sudah bisa digelar upacara meraga sukma
“. Kami sangat gembira karena tak sia-sialah usaha kami mempersiapkan segala
sesuatunya agar kami bisa meraga sukma, keluar dari tubuh dan pergi ke-alam
gaib yang sejak lama sangat saya dambakan.
Tujuh simpul ( Cakra ) gaib ditubuhku dibuka oleh
beliu, agar roh-ku bisa melepaskan diri dari raga-ku dan pergi berpetualang
kealam gaib. Setelah beberapa kali mengadakan peneropongan secara gaib maka kami
disuruh meditasi, menjalani ritual khusus, yaitu cara atau kunci agar bisa
melepaskan diri dari kurungan raga, namun sebelumnya kami disarankan untuk berdoa
minta perlindungan kepada Sang Guru Sejati.
Saudara-saudara kami yang dari Kalibaru sudah sejak
lama bisa meraga sukma dan menceritakan banyak pengalamannya yang fantastis
(menurutku), dan membuatku sangat takjub dan tertarik untuk mempelajari ilmu
ini, apalagi setelah dijelaskan bahwa kalau telah menguasainya dengan sempurna,
maka batas ruang dan waktu menjadi tidak ada. Maksudnya adalah, bisa melihat
kejadian-kejadian apa saja dan dimana saja, kapan saja, dari kamar tempat kita
meditasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, selain itu tentunya kita bisa bertemu
dengan mahluk-mahluk alam gaib yang kasat mata, yaitu mahluk yang tidak terlihat oleh mata
biasa sebelumnya.
Setelah menjalani ritual yang disuruh oleh Ki Sumantri,
kemudian kami disuruh melompat keluar melalui ubun-ubun kepala kami, tentu saja
kami bingung, bagaimana caranya???, akan tetapi kami mencoba untuk melakukannya,
yaitu roh-ku melompat keluar dari raga-ku.
Sekali, dua kali gagal, yang ketiga kalinya sepertinya
berhasil. Tiba-tiba kami sangat terkejut dan hampir berteriak kaget karena
melihat diriku sedang duduk dengan serius dihadapanku sendiri sedang melakukan meditasi.
Lho koq bisa..? bagaimana ini, kami bisa melihat diri kami sendiri, duduk di
depan masing-masing saling berhadapan. Lalu kami sendiri yang sedang melihat
diri kami masing-masing... ini apa ?. Terdengar suara guru pembimbingku
mengingatkan agar kami janganlah takut atau terkejut dengan kejadian ini.
Ternyata saat ini kami sedang berada dalam alam yang
bersinar kebiruan, mirip dengan suasan sore hari di tepi hutan, inilah yang
disebut hayap-hayap ing ngaluyup dan anehnya kami bisa melihat ruang kamar yang
gelap sekalipun dengan jelas.
Kami menegok kesebelah diri kami sendiri dan terlihat
guru pembimbing kami Ki Sumantri juga sedang duduk meditasi, disampingnya
terlihat perwujudannya berpakaian putih-putih dan tubuhnya bercahaya, guru
pembimbingku koq ada dua ?, fikirku.
Wujud yang bersinar dari guru pembimbingku memberi
isyarat agar kami mengikutinya, kami mencoba berjalan tapi sangat sulit,
beberapa kali hampir terjatuh. Tubuh bersinar guru pembimbingku dengan tidak
sabar memberi lagi isyarat agar kami mengikutinya, kami mencoba berjalan sebisa
kami, untuk berusaha mengikutinya berjalan keluar rumah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar