Senin, 10 Juni 2013

Cerita Pengalaman Meraga Suksma bag.2



Aneh...sungguh aneh, nyala api lilin seakan masih ada didepan matkami, padahal kami sudah memejamkan mata, terdengar Ki Sumantri yang saat itu menyatakan diri sebagai guru lantaran kami dan menyebutkannya dalam mantra pembuka meditasi sebagai guru pembimbing kami.

Lalu beliu bertanya kepada kami : ” sebutkan warna-warna nyala api lilin yang kalian lihat “, memang kemudian muncul nyala lilin warna merah, biru, kuning, hijau, bergantian, ada yang dua-tiga kali muncul, malah warna hitam juga muncul, setiap kusebutkan dicatat dengan teliti oleh guru pembimbing kami.

Setelah nyala api lilin kemudian tidak muncul lagi maka lampu kamar dinyalakan dan diperlihatkan kepad kami catatan deretan warna-warna yang muncul saat kami memejamkan mata. Setelah mempelajari catatan tersebut beberapa saat dan membandingkannya dengan beberapa catatan sebelumnya, kemudian dia menganggukan kepalanya, ” Bagus...bagus...pener tenan “, kata beliu, ” Mulai malam ini, sudah bisa digelar  upacara meraga sukma “. Kami sangat gembira karena tak sia-sialah usaha kami mempersiapkan segala sesuatunya agar kami bisa meraga sukma, keluar dari tubuh dan pergi ke-alam gaib yang sejak lama sangat saya dambakan.

Tujuh simpul ( Cakra ) gaib ditubuhku dibuka oleh beliu, agar roh-ku bisa melepaskan diri dari raga-ku dan pergi berpetualang kealam gaib. Setelah beberapa kali mengadakan peneropongan secara gaib maka kami disuruh meditasi, menjalani ritual khusus, yaitu cara atau kunci agar bisa melepaskan diri dari kurungan raga, namun sebelumnya kami disarankan untuk berdoa minta perlindungan kepada Sang Guru Sejati.

Saudara-saudara kami yang dari Kalibaru sudah sejak lama bisa meraga sukma dan menceritakan banyak pengalamannya yang fantastis (menurutku), dan membuatku sangat takjub dan tertarik untuk mempelajari ilmu ini, apalagi setelah dijelaskan bahwa kalau telah menguasainya dengan sempurna, maka batas ruang dan waktu menjadi tidak ada. Maksudnya adalah, bisa melihat kejadian-kejadian apa saja dan dimana saja, kapan saja, dari kamar tempat kita meditasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, selain itu tentunya kita bisa bertemu dengan mahluk-mahluk alam gaib yang kasat mata,  yaitu mahluk yang tidak terlihat oleh mata biasa sebelumnya.

Setelah menjalani ritual yang disuruh oleh Ki Sumantri, kemudian kami disuruh melompat keluar melalui ubun-ubun kepala kami, tentu saja kami bingung, bagaimana caranya???, akan tetapi kami mencoba untuk melakukannya, yaitu roh-ku melompat keluar dari raga-ku.

Sekali, dua kali gagal, yang ketiga kalinya sepertinya berhasil. Tiba-tiba kami sangat terkejut dan hampir berteriak kaget karena melihat diriku sedang duduk dengan serius dihadapanku sendiri sedang melakukan meditasi. Lho koq bisa..? bagaimana ini, kami bisa melihat diri kami sendiri, duduk di depan masing-masing saling berhadapan. Lalu kami sendiri yang sedang melihat diri kami masing-masing... ini apa ?. Terdengar suara guru pembimbingku mengingatkan agar kami janganlah takut atau terkejut dengan kejadian ini.

Ternyata saat ini kami sedang berada dalam alam yang bersinar kebiruan, mirip dengan suasan sore hari di tepi hutan, inilah yang disebut hayap-hayap ing ngaluyup dan anehnya kami bisa melihat ruang kamar yang gelap sekalipun dengan jelas.

Kami menegok kesebelah diri kami sendiri dan terlihat guru pembimbing kami Ki Sumantri juga sedang duduk meditasi, disampingnya terlihat perwujudannya berpakaian putih-putih dan tubuhnya bercahaya, guru pembimbingku koq ada dua ?, fikirku.

Wujud yang bersinar dari guru pembimbingku memberi isyarat agar kami mengikutinya, kami mencoba berjalan tapi sangat sulit, beberapa kali hampir terjatuh. Tubuh bersinar guru pembimbingku dengan tidak sabar memberi lagi isyarat agar kami mengikutinya, kami mencoba berjalan sebisa kami, untuk berusaha mengikutinya berjalan keluar rumah.

Setibanya diluar rumah kami melihat tiba-tiba guru pembimbingku tidak jalan dilantai, akan tetapi telah terbang naik beberapa meter dari tanah dan menunjuk kearah Selatan. Terdengar bisikannya jelas ditelingkami : ” Coba-lah, kau bisa terbang sepertiku, kita terbang menuju ke arah Selatan “. Kucoba menjejakkan kakiku kelantai, keanehan terjadi tubuhku melayang naik beberapa meter tapi agak menggeliat miring, hampir jatuh........

Tidak ada komentar: