Minggu, 07 April 2013

Bag 3 Dasar Meditasi Kaweruh Jendra Hayuningrat

Oleh Ki Budi Siswanto

Cara mencapai “ Dawuh” bagi seorang Siswa Jendra

Dalam tataran keilmuan Kaweruh Jendra Hayuningrat ada beberapa hal yang harus ditempuh jika seorang pelaku Jendro ingin mencapai kesempurnaan dalam keilmuannya, salah satunya tataran yang harus dilewati yang tertuang dalam kitab Baswalingga karya pujangga besar Jawa Ki Rangga Warsita. Tataran keilmuan yang di maksud dalam kitab karya Ki Rangga Warsita ini adalah tentang Sastra Jendra Hayuningrat.


Menurut Ki Rangga Warsita, bahwasannya Sastra Jendra Hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup, berdasarkan falsafah ajaran Sastra Jendra Hayuningrat  mirip dengan pengajaran Budha dan apabila semua orang menjalankan dan mentaati semua ajaran Sastra Jendra Hayuningrat  niscaya bumi akan sejahtera.
Nama lain dari Sastra Jendra Hayuningrat adalah Sastra Cetha alias sastra tanpa papan dan sastra tanpa tulis, walaupun tanpa tulis dan papan tapi maknanya terang alias cetha dan bisa digunakan sebagai serat papakem paugeraning gesang. Bentuk pencapainya adalah “Dawuh”, yaitu suatu kondisi dimana seorang pelaku Jendro saat bermeditasi bisa dan mampu berdialog dengan Guru Sejati-nya.

Bersama Guru Sejati inilah seorang pelaku Jendro akan memperoleh pengajaran, pengarahan serta ganjaran (upah) dalam bentuk bendu atau hukuman atas semua kesalahan-kesalahan dalam menerapkan hidup seperti yang di kehendaki oleh sang Guru Sejati. Dengan demikian, seorang pelaku Jendro tidak perlu lagi melakukan pembersihan ataupun penyucian diri, karena setiap melakukan kesalahan yang telah dilakukan secara tidak dia sadari, seorang pelaku Jendro langsung mendapatkan hukumannya yang lazim disebut bendu. Apalagi kesalahan itu dengan sengaja dilakukan, maka hukuman dari sang Hyang Agung akan dilaksanakan oleh sang Guru Sejati sendiri semasa raga ini masih hidup.


Oleh karena itu, jika ditinjau dari kaca mata agama, setiap pelaku Jendro adalah termasuk orang-orang beriman yang senantiasa menjaga perilakunya agar terhindar dari bendu, serta yang dilakukannya dalam keseharian adalah perbuatan-perbuatan baik kepada Sang Hyang Agung maupun kepada sesama hidup yang dapat mendatangkan karma baik.
untuk mencapai sastra cetha ( Dawuh ) ada 7 tahapan yang harus dilalui yakni :
  • tapaning jasad: mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik lainnya,lakunya tidak dendam ,sakit hati .semua hal diterima dengan legawa-tabah dengan kesungguhan hati alis tan milih tan nolak
  • tapaning budhi:artinya menghilangkan perbuatan yang hina (nista) dan hal hal yang tidak jujur
  • tapaning hawa nafsu:mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka dari pribadi kita.lakunya sabar dan selalu berusaha menyucikan diri,punya perasaan dalam,mudah memberi maaf dan taat pada tuhan yang maha esa.
  • tapaning cipta:artinya memperhatikan perasaan secara sungguh sungguh atau dalam bahasa jawanya ngesti sarasaning raos ati,berusaha sekuat tenaga menuju heneng–meneng-khusyuk-tumaknina,sehingga hasilnya tidak akan diombang ambingkan oleh siapapun dan apapun dan yang akhir selalu hening-wening atau waspada supaya bisa konsentrasi ke alloh swt
  • tapaning sukma:dalam tahapan ini kita fokus ke ketenangan jiwa.amalnya ikhlas dan memperluas rasa kedermawanan kita dengan memberi derma kepada fakir miskin secara iklas
  • tapaning cahya:maknanya dalam tataran ini selalu eling,awas dan waspada.sehingga hasilnya kita mempunyai daya meramalkan sesuatu secara tepat alis waskitha,amal eling dan waspada diikuti dengan menghindari hal hal yang bersifat glamour dunia atau memabukan yang mengakibatkan batin kita menjadi samar.
  • tapaning gesang:dalam tahapan akhir ini kita berusaha sekuat tenaga dengan hati hati menuju kesempurnaan hidup dan taat pada Tuhan Yang Mahaesa.
Ilmu/kaweruh Sastra Jendra yang saya terangkan diatas berdasarkan kebatinan jawa, sastra ini bermakna mantra berdasarkan ilmu pengetahuan dengan kata lain ilmu untuk memupuk kesejahteraan dunia (memayu hayuning bawana). yang berasal dari Bathara Indra yang juga bermakna endra loka alias pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada (jantung), pusat dalam kaitan diatas bermakna sumber atau rasa sejati-ambang batas.hayu-ing-rat artinya menuju keselamatan dunia.
Sugeng ngangsu Kaweruh ing Puri Asih yeku Paguyuban Pamencar Kaweruh Kasepuhan Sastra Jendra Hayuningrat. Rahayu sagung dumadi....!


Sebelum beranjak dari halaman ini, saya sangat senang sekali jika Anda bersedia meluangkan sedikit waktu untuk memberi Like dan Share serta G+1 pada artikel ini, dengan demikian artikel ini juga dapat dibaca oleh sahabat, teman dan orang terdekat Anda serta orang yang membutuhkannya.

Untuk menambah wawasan Anda dalam memahami agama-agama lain, kunjungi juga Kaweruh Transparan , sebuah blog yang memaparkan perjalanan spiritual agama-agama yang ada di muka bumi ini. Terimakasih atas kunjungan Anda dan salam sukses untuk Anda sekalian..... Rahayu..!

Bag 16 ( selesai ) Mangkunegara IV Guru Bathin kaweruh Jendra


Kautamaning Laku kanggo para siswa Jendra

  1. Wong eling ing ngelmu sarak dalil sinung kamurahaning Pangeran.
  2. Wong amrih rahayuning sesaminira, sinung ayating Pangeran.
  3. Angrawuhana ngelmu gaib, nanging aja tingal ngelmu sarak, iku paraboting urip kang utama.
  4. Aja kurang pamariksanira lan den agung pangapunira.
  5. Agawe kabecikan marang sesaminira tumitah, agawea sukaning manahe sesamaning jalma.
  6. Aja duwe rumangsa bener sarta becik, rumangsa ala sarta luput, den agung, panalangsanira ing Pangeran Kang Maha Mulya, lamun sira ngrasa bener lawan becik, ginantungan bebenduning Pangeran.
  7. Angenakena sarira, angayem-ayema nalarira, aja anggrangsang samubarang kang sinedya, den prayitna barang karya.
  8. Elinga marang Kang Murbeng Jagad, aja pegat rina lan wengi.
  9. Atapaa geniara, tegese den teguh yen krungu ujar ala.
  10. Atapaa banyuara, tegese ngeli, basa ngeli iku nurut saujaring liyan, datan nyulayani.
  11. Tapa ngluwat, tegese mendhem atine aja ngatonake kabecikane dhewe.
  12. Aprang Sabilillah, tegese prang sabil iku, sajroning jajanira priyangga ana prang Bratayudha, prang ati ala lan ati becik