Senin, 10 Juni 2013

Cerita PENGALAMAN MERAGA SUKMA bag.1

Ini adalah kisah pribadiku saat kami mencapai tataran Meddan*bhs Jawa ( red Ind ; bertingkah seperti orang gila ). Empat bulan sebelum guru ( Romo Sutikno ) palastro, kami dan sahabatku lek Mul (yang adalah adik seperguruanku), berangkat ke kota Kediri untuk menjumpai Eyang Sumantri yang merupakan siswa inti/siswa utomo dalam jajaran kaweruh Jendra Hayuningrat.

Singkat cerita, dengan berbagai cara kami melakukan perjalanan spiritual berdua sembari ngalab berkah, akhirnya kami bertemu juga dengan beliu. Setelah berbincang-bincang panjang lebar, akhirnya beliu ingin membuktikan kemampuan kami berdua dalam mengolah bathin kami, sekaligus menjadi persyaratan untuk naik tataran dari tataran sastra menuju ngerogo sukmo.

Kami berdua melewati serangkaian uji keabsahan ilmu kami, untuk menunjukan bahwa kaweruh yang kami tekuni benar-benar bersal dari guru sejati, bukan berasal dari yang lain.

Kami berdua berhasil membuktikan pada Ki Sumantri, bahwa kaweruh yang kami tekuni benar-benar berasal dari sang guru sejati. Setelah puas dengan serangkaian mata uji, pada akhirnya Ki Sumantri mempersilahkan kami berdua masuk ke dalam kamar meditasinya, kamar meditasi yang sudah di disain secara khusus dan hanya di terangi lampu minyak, yang cahayanya tidak lebih besar dari sebuah lilin.

Kami berdua melihat Ki Sumantri sedang mengambil sebatang lilin berwarna merah dan meletakkannya di deman kita berdua tepat sejauh jankauan lengan kami. Setelah lilin itu dinyalakan, kemudian lampu minyak di kamar dimatikan, kami berdua diminta memandangi nyala api lilin tersebut selama beberapa menit sambil berkonsentrasi.

Kemudian Ki Sumantri mengambil 3 batang dupa lidi atau Joswa berwarna merah dan beraroma teratai. Sebelum dupa di bakar, kami melihat Ki Sumantri memejamkan mata sambil membaca Mantra membakar dupa, di telinga kami berdua mantra itu tidak asing, karena setiap Siswa Jendra yang sudah wejangan wajib menghafalkan mantra pembakar dupa tersebut.



Begini rapal mantranya : 

Wahyu Jendro Hayuningrat Hyang Agung Hyang Suksma lan Guru Sejati.
Niyat ingsun ngobong dupo Gendoggo Kencono wadhahe dupo, kathon gelap putih kukuse dupo, njeliring kuning urupe dupo, karenges arenge dupo.
Dupo kulo kuthuk-kuthuk-aken dumateng.............( isi nama orang yang akan bermeditasi)
Sumonggo kulo aturi dhahar. ( sambil menunjuk dupa dengan ibu jari )
 

Setelah dupa di bakar oleh Ki Sumantri, aroma teratai tercium jelas sekali muncul berasamaan kepulan asap dupa lidi tadi. Kami berdua kaget saat Ki Sumantri menyarankan kepada kami untuk menutup kedua mata kami, jujur saat itu kami melamun saat Ki Sumantri melakukan persiapan-persiapan spiritualnya.

Kami mencoba memandang lagi lilin yang ada di depan kami, dengan posisi bersila sebagimana sikap meditasi ( patrap ) yang diajarkan kepada kami. Selang beberapa waktu, Ki Sumantri kembali menyarankan kepada kami untuk segera menutup kedua mata kami, ini beliu lakukan karena beliu melihat kami masi terus memandangi lilin dengan mata terbuka.

Tidak ada komentar: