Selasa, 12 Februari 2013

Bag 2 Dasar Meditasi Kaweruh Jendra Hayuningrat

Terjemahan Dhawuh Ki Wongsojono
Oleh : Budi Siswanto
            Kita dalam belajar Kaweruh Jendra harus siap, sebab hal-hal yang dulu dianggab gaib, mistik dan rahasia sekarang sudah tidak dirahasiakan lagi. Siapapun orangnya yang penting sudah dewasa secara iman dan fikiran maka berhak untuk mendapatkan ajaran-ajaran yang dapat membangkitkan daya kesadaran diri yang lazim disebut Guru Bathin atau Guru Sejati.
             Daya kesadaran diri ini begitu besar dan sudah ada dalam diri manusia sejak manusia dilahirkan. Tapi mengapa tidak banyak orang yang dapat menggunakannya, lebih-lebih dalam membuat keajaiban sampai sekarang ini? Jawabannya adalah, benar Guru Sejati memang ada sejak manusia dilahirkan, akan tetapi kesadaran akan keberadaanNya perlu dibangkitkan, yang dalam pengertian Kaweruh Jendra disebut “dibuka”. Pelaksanaan “pembukaan” pada seseorang, akan dilakukan oleh seorang guru lantaran atau guru pamencar kaweruh kasepuhan (Jawa : pinisepuh). Dengan cara dibuka inilah seorang guru lantaran tidak perlu khawatir ilmu yang akan di pencarkan jatuh pada tangan orang yang salah. Sebab dengan cara “dibuka” inilah seorang guru berhak memilih atau menseleksi, siapa dan bagaimana pribadi-pribadi orang yang akan menerima pembukaan ini, baik secara masal maupun perorangan.
Gbr. Pelaku Jendro yang akan bermeditasi
       Setelah dibuka seseorang akan dituntun dalam bermeditasi sampai mencapai keheningan sejati. mencapai kesadaran diri yang tertinggi adalah mengalami kesadaran akan keberadaanNya. Dalam Kaweruh Jendra tubuh/raga dilambangkan dengan ( segi tiga dengan ujung diatas ) yaitu lambang wanita (Jawa : Yoni ) dan Guru Sejati dilambangkan dengan ▼ ( segi tiga dengan ujung dibawah ) yaitu lambang pria (linggo). Seseorang yang sudah bisa berkomunikasi dengan Guru Sejati akan mendapatkan tuntunan, guna menjalani hidup diatas dunia ini seturut dengan kehendakNya.
         Agar seseorang dalam menjalankan kaweruh Jendra mengalami hal-hal yang ajaib dan luar biasa,  maka perlu adanya penyatuan sejati dalam pernikahan sejati atau disebut “wejangan”. Pernikahan sejati tak ubahnya seperti pernikahan biasa, yaitu pernikahan yang terjadi antara pria dan wanita seperti pada umumnya. Perbedaanya ialah, jika pernikahan biasa pengantinnya duduk berdampingan bagai seorang raja dan permaisuri, kalau pernikahan sejati pengantinya tidak tampak memiliki pasangan, sebab pasangan/mempelainya adalah Guru Sejatinya sendiri yang tak lain adalah Roh Sejati-Nya sendiri. 
  
         Ibarat orang yang berumah tangga, setiap pasangan nikah akan bersetubuh, bersetubuh disini bukan dalam artian biologis akan tetapi yang dimaksud dengan setubuh = sebandan = manunggal = nyatu-tunggal = nyawiji = nyatu sawiji. Dalam persetubuhan (Jawa : nyawiji) akan melahirkan  buah-buah roh, buah-buah roh meliputi : Hidup dalam keteraturan (berorganisasi), sabar dalam segala hal, rendah hati, penyayang, pemaaf, lemah lembut, saling memelihara dll.
           Bertumpuh pada buah-buah roh yang terlahir dari dalam diri seseorang yang telah menerima ilmu yang sangat dirahasiakan ini, akan menjamin orang tersebut sebagai orang yang tepat untuk menerima ilmu rahasia Hermes atau ilmu rahasia Begawan Wisrawa. Karena barang siapa yang melanggar janji wejangan (perkawinan) akan menerima tulak atau sengsara semasa hidupnya, dengan jaminan inilah maka Kaweruh Jendra Hayuningrat yang sebelumnya menjadi ilmu rahasia selama berabad-abad lamanya, tetapi sekarang justru menjadi ilmu yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan dan mengalami “hidup dalam kemakmuran serta mati dalam kesempurnaan”.
            Nyawiji atau manunggal adalah sebutan bagi seseorang yang sudah mencapai tingkat hening dalam bermeditasi. Walau tetap dalam kesadaran penuh, seseorang yang sedang nyawiji ditandai dengan bergetarnya salah satu anggota badan atau keseluruhan dari anggota badan, namun demiklian raga tetap dapat dikendalikan. Orang yang sedang nyawiji tidak akan pernah bisa menggerakan anggota badannya lagi secara otot akan tetapi ada suatu kekuatan super yang menggerakan salah satu atau keseluruhan anggota badannya, yaitu kekuatan atau daya kesadaran diri pribadi yang lazim disebut sebagai “daya sang Guru Sejati”.
       Penyatuan sejati atau nyawiji sejati dalam kaweruh Jendra dilambangkan dengan bersatunya dua segitiga, yang masing-masing merupakan simbul dari mempelai pria ( ) dan mempelai wanita ( ▲ ). Penyatuan itu akan membentuk simbul baru seperti lambang bintang.
Berawal dari simbol inilah setelah disempurnakan bentuknya, maka muncul-lah simbul bintang berujung lima coba perhatikan symbol ini, symbol bintang ini tidak ada kaitannya dengan bintang yang ada diatas langit, bintang di langit tidak punya ujung-ujung. Simbol ini adalah melambangkan manusia yang mencapai pencerahan beserta kesempurnaannya. Perlu di ketahui, karena begitu dahsyatnya simbol ini, maka banyak orang memakainya sebagai lambang bendera sebuah negara. Simbol ini sudah ada sejak lama, namun maksud dan arti yang sebenarnya masih di rahasiakan oleh banyak orang yang sudah mencapai penyawijian sejati. Tak heran jika symbol ini dipakai dimana-mana, sebab symbol ini walau hanya ditulis atau di cap-kan, pemilik symbol tersebut telah memperoleh energy khusus yang dapat mempengaruhi kehidupan orang tersebut.
           Daya Guru Sejati juga bisa di timbun pada suatu benda atau symbol-simbol yang lain, hasilnya benda atau symbol itu akan memiliki energy yang dapat mempengaruhi kehidupan orang sekitar atau kehidupan orang yang telah mentransferkan daya Guru Sejatinya.Demikianlah penjelasan sekilas tentang Kaweruh Jendro Hayuuningrat, apabila ingin mendapatkan penjelasan lebih lengkap hubungi sekretariat PURI ASIH Jln Panjahitan XII/49 Jember 68122
Rahayu!

Tidak ada komentar: