Kamis, 04 Juli 2013

Puasa atau Tarak Dalam Ajaran Sastra Jendra



Cerita “Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” yang kemudian saya singkat (SHPD) berawal dari suatu cerita wayang dimana Resi Wisrawa ingin mengajarkan sebuah ilmu Haqeqat kepada Dewi Suksesi . Kemudian Resi Wisrawa juga berkehendak mengajarkannya kepada Prabu Sumali (Ayah Dewi Suksesi).

Kemudian Resi wisrawa bercerita kepada Dewi Suksesi dan Prabu Sumali bahwa SHPD adalah suatu ilmu yang bila ditaati dengan benar maka akan mengenal watak (nafsu-nafsu) dari diri pribadi. Kemudian nafsu-nafsu tersebut dipupuk, dikendalikan dan dikembangkan dibawah “kepemimpinan kesadaran yang bersifat jujur dan baik”. Jika sudah mampu memimpin nafsu2 tersebut maka ilmu tersebut merupakan kunci untuk memahami “isi indraloka” pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada manusia, sebagai kunci Rasa Gaib, yang bernilai sama dengan Tuhan YME yang Maha Gaib.

Prabu Sumali sangat tertarik, dan mempersilahkan Resi Wisrawa dan Dewi Suksesi untuk masuk ke dalam sanggar pemujaan untuk memberikan wejangan yang lebih dalam. Semua wejangan dilaksanakan dengan sangat rahasia, karena SHPD adalah rahasia alam semesta, yang tidakboleh diketahui sembarang orang , mahluk lain baik daratan, lautan, maupun udara. Tetapi karena Prabu Sumali dianggap belum waktunya menerima ilmu itu, maka Prabu Sumali tidak ikut masuk ke sanggar. Jadi hanya Resi Wisrawa dan Dewi Suksesi yang ada didalam sanggar.

Kemudian wejangan dilanjutkan…
Jika seseorang sudah mengetahu kunci rasa gaib itu… maka akan menjadi pemusnah segala macam bahaya… dan tidak ada ilmu lagi yang mengunggulinya… sebab semuanya sudah tercakup dalam “sastra utama” ini… puncak dari segala macam ilmu. Jika para Raksasa, Hewan, semua mahluk mengetahui ilmu ini… Dewa akan membebaskannya dari segala macam petaka.. Jika mati… sempurna kematiannya… rohnya akan berkumpul dengan manusia yang menguasai ilmu ini dan rohnya juga berkumpul dengan para Dewa yang mulia.

Sastrajendra disebut pula sastra ceta… suatu hal yang mengandung kebenaran, keluhuran. Keagungan akan kesempurnaan penilaian terhadap hal-hal yang belum nyata bagi manusia. Rahasia mengenai seluruh alam dan perkembangannya.

Untuk mencapai itu manusia harus melewati seluruh syaratnya, sukma dan roh harus manunggal, antara lain dengan cara :

1. Mutih
2. Nyirik
3. Ngebleng
4. Patigeni

Selanjutnya melakukan tapa :


1. Tapa Jasad : mengendalikan/menghentikan gerak tubuh, jangan merasa sakit hati atau menaruh balas dendam. Menerima semua keadaan yang ada dengan kesungguhan hati.
2. Tapa Budi : menghindari perbuatan hina dan tidak jujur
3. Tapa Nafsu : mengendalikan hawa nafsu dan sifat angkara murka dari siri pribadi
4. Tapa Sukma : menenangkan jiwa
5. Tapa Cahya : selalu awas dan waspada, tidak terjebak keadaan yang cemerlang yang dapat mengakibatkan penglihatan yang samar dan saru.
6. Tapa Gesang : berjuag sekuat tenaga kearah kesempurnaan hidup

Sastra Jendra adalah “benih seluruh alam semesta”… dan sebagai kunci untuk memahami Rasa Sejati … dengan selalu melakukan instropeksi… untuk mengetahui gerak-gerik Nafsu manusia (Amarah, Alwamah, Supiah, Mutmainah)…

Tidak ada komentar: