Senin, 08 April 2013

Bag 5. Dasar Meditasi Kaweruh Jendra Hayuningrat



 Oleh : Budi Siswanto

Tehnik dalam menuntun siswa Jendra untuk bersemadi dan nyawiji

Definisi : Menuntun meditasi seseorang yang baru belajar adalah salah satu kewajiban setiap siswa Jendra yang sudah di wejang.  Hal ini dikmaksudkan agar siswa Jendra yang baru pertama kali duduk bersamadi memiliki rasa nyaman karena dituntun oleh orang yang sudah dikenalnya, baik secara sosial maupun secara rohani. Beda halnya jika siswa baru itu di tuntun oleh Guru lantaran ataupun Pinisepuh, disamping canggung juga ada daya spiritual yang lebih besar muncul dari dalam diri Pinisepuh tersebut, akibatnya sang murid baru akan kalah yoni, ada rasa takut, gemetar, tidak nyaman dsb.
Perlu Diketahui : Menuntun meditasi akan berhasil, jika seorang siswa atau lebih yang akan dituntunnya bersedia untuk melakukan latihan meditasi.
- Alam pikiran manusia dibagi menjadi dua, yaitu alam sadar (conscious mind) dan alam bawah sadar (unconscious mind). Tujuan latihan meditasi adalah membuat seorang siswa Jendra baru, untuk masuk dan berada di alam bawah sadar mereka. Yaitu sebuah keadaan atau kondisi, dimana seorang siswa Jendra yang baru belajar melakukan berbagai macam hal dan yang dilakukan dalam pengaruh sadulur papat yang disebut “nyawiji” atau dalm bahasa spiritual asingnya disebut  “intrans”.


Prosedur :
1. Percaya Diri
Sebelum melakukan penuntunan dalam bersemadi, anda harus benar-benar yakin dan percaya bahwa anda mampu menuntun orang lain untuk nyawiji. Yakinkan diri anda bahwa anda adalah seorang ahli meditasi yang hebat. Sebab tanpa rasa percaya diri seperti ini,  maka tuntunan anda dalam mengajari orang lain dalam bermeditasi pasti gagal. Kita akan mengalami capek berteriak-teriak, mengisikan tenaga dalam sampai berkeringat, akan tetapi siswa yang kita  tuntun sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda nyawiji. Jadi kesimpulanya, dalam menuntun siswa baru untuk bisa nyawiji ataupun tidak, peranan seorang penuntun sangatlah penting.

2. Ritme
Sesuaikan ritme napas dan suara anda dengan kecepatan nafas siswa yang dituntun. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan gerakan rongga dada atau diafragma saat siswa yang dituntun bernafas. Saat yang paling tepat untuk menggiring seorang siswa yang sedang dituntun bermeditasi dalam memasuki alam bawah sadar atau nyawiji mereka, adalah saat siswa yang dituntun sedang menghembuskan nafas, oleh karena itu setiap akan memulai meditasi selalu di ajarkan menghembuskan napas 3x. lalu membaca mantra pembuka meditasi.
Biasanya, jika tuntunan meditasi berjalan dengan sukses, tempo dan ritme nafas siswa yang dituntun menjadi lebih lambat, bahkan nyaris tak bernafas. Saat itu, perlambatlah tempo dan ritme bicara anda selaku juru penuntun meditasi, sesuai dengan ritme nafasnya seorang siswa yang dituntun.

3. Nada Suara
          Ada dua macam nada suara yang dapat digunakan dalam menuntun seseorang untuk masuk dalam kondisi meditasidan pada akhirnya akan nyawiji.
a)   Nada Suara Monoton
Metode ini sering dipakai oleh Pinisepuh yang sudah lanjut usia. Nada suara monoton adalah nada suara yang datar dan cenderung sama dari awal sampai akhir, dengan penggunaan kata yang terus-menerus diulang. Tujuan menggunakan nada suara monoton adalah agar alam sadar siswa yang dituntun merasa bosan dan jenuh, sehingga ia lebih mudah memasuki alam bawah sadarnya atau nyawiji

b)  Nada Suara Bergelombang
Nada suara yang dipakai adalah nada suara naik-turun, lemah-keras, rendah-tinggi. Para penuntun meditasi Jendra yang masih tergolong berusia muda,  mula-mula akan berbicara dengan nada rendah, kemudian semakin meninggi hingga membawa seorang siswa yang dituntun untuk nyawiji atau ke dalam keadaan “intrans”.

Silakan pilih salah satu nada suara yang sesuai dengan kepribadian anda. Pilihlah yang paling nyaman dan enak saat anda mengucapkannya. Sesuaikan dengan usia anda atau kondisi lingkungan, perumahan yang rapat penduduk tentu mendorong kita untuk berbicara agak lirih, akan tetapi kalau kita menuntunya jauh dari pemukiman penduduk, kita bisa berteriak atau membentak-bentak siswa yang dituntun, itu tidak akan menjadi persoalan, sebab dimungkinkan tidak akan ada masalah dengan lingkungan.

4. Membawa siswa Jendra masuk dalam kondisi nyawiji
Pertama :  perintahkan siswa yang dituntun untuk melakukan suatu rutinitas, misalkan “Kula nyuwun, asta kula kekalih dipun obah-obahaken tanpa kula seja “. Kalimat ini hendaknya diulang-ulang oleh si-penuntun dengan pilihan suara sesuai dengan karakter penuntun itu sendiri.
Sesekali perintahkan untuk  “Tarik nafas dalam-dalam…….dan hembuskan….” kegiatan inipun bisa diulang-ulang hingga siswa yang dituntun mencapai nyawiji.
Perhatikan temperature leher dibawah telinga, temperature punggung telapak tangan, atau punggung telapak kaki, atau kelopak mata siswa yang di tuntun, kalau berpijar-pijar atau mata tertutup ringan, itu tandanya sudah memasuki proses nyawiji atau dalam kondisi “intrans”.
Lalu tanyakan pada pribadi yang ada di dalam alam bawa sadarnya siswa yang di sedang dituntun “ sinten asmanipun paduka? ” atau “Siapakah nama anda?”

Kedua : Ditengah-tengah anda mengajukan pertanyaan, kirim “energy hawa murni, hal ini akan membantu siswa yang di tuntun, agar sang Wisudi ( Roh yang menjaga cakra Leher/ongga mulut ) untuk menggerakan lidah atau otot leher agar siswa yang sedang berlatih meditasi bisa berbicara ( Dhawuh ). Sebab jika hal ini tidak kita lakukan, maka tubuh siswa yang kita tuntun akan bergetar keras, dengan maksud beliu ( sadulur- papat ) akan berkomunikasi dengan kita melalui bahasa isayarat, yang dalam ilmu meditasi di sebut gerak orhiba.

5. Kalimat yang digunakan
Dalam menuntun meditasi, kalimat yang digunakan hendaklah kalimat positif, sebaiknya hindari penggunaan kata “ tidak ”, “ Bukan ”, Jangan “, “ Barang kali” atau kalimat yang tidak jelas maksudnya seperti “ Ehmmm, anuh, eee, eeng” dll.

6. Penutup
Penutup dalam meditasi sangatlah penting, seorang juru penuntun wajib melakukan tuntunan penutupan dalam meditasi, bentuk penutupannya bisa berupa do’a, sugesti, janji-janji ataupun berkah/berkat/bleessing.

Contoh : Putra wayah ngaturaken agunging panuwun, awit Eyang kersa rawuh lan paring indi tetepangan. Sak lajengipun, putra wayah nyuwun dipun jangkungi ing waci siang dalahsan ratri, pinaringan gampil sarinig gambil ing anggenipun makarya lan madhos pagupa raga lan jiwa, pinaringan sansaya kuat, sansaya sehat, sansaya makmur lan sansaya anom.

Untuk berkat : mintalah kepada kekuatan yang maha tinggi yang tinggal di dalam diri siswa yang sedang belajar meditasi, untuk menggerakan kedua tangan siswa tersebut dan arahkan kedua telapak-tangan tersebut menghadap ke ibu bumi sambil mengucapkan : “Tumuruno berkah kang saka sang Hyang Suksma, kang paring panguripan, kasuburan, katentreman lan yuswa widodo, marang sapa wae kang urip dalahsan eleng ing jagad padang iki”.
Setelah berkat, seorang juru penuntun meditasi memegang kedua pergelangan tangan siswa yang di tuntunya, lalu perdengarkan suara mantra penutup “ Nyuwun teguh, rahayu, selamet lan nyuwun likar “.
Setelah mantra penutup di perdengarkan, juru penuntun wajib membantu siswa yang sedang berlatih meditasi untuk menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangannya sendiri. Lalu siswa yang sedang berlatih disarankan untuk membuka kelopok matanya pelan-pelan dan semua otot yang tegang diregangkan dan minumlah sebanyak mungkin air putih untuk mencegah dehidrasi.

Selamat berkarya dan melayani Tuhan….Rahayu!

Tidak ada komentar: