Dhawuh : Eyang Wongsodjono
Tahap satu: Pemurnian bagi para siswa atau simpatisan pemula
Puri Pertama :
Ciri-ciri hidupnya: Calon siswa / simpatisan
menjalankan hidup secara umum dalam kondisi terima rahmat dari Sang Guru Bathin,
namun sudah memiliki dorongan spiritual walau hanya bermeditasi dilakukan
sesekali (jika ingat) dan tujuan hidupnya masih didominasi oleh tujuan- tujuan
duniawi.
Puri kedua:
Ciri-ciri hidupnya: Telah terjadi
pergumulan antara Jiwa melawan keduniawiannya, teori agama sudah tidak bisa
memberikan solusi dan akhirnya mengadakan meditasi walau dengan alasan
merenungkan Sabda (firman) Tuhan atau datang berziaroh ke tempat-tempat yang
dikramatkan oleh banyak orang seperti makam-makam wali atau tempat kramat
lainya.
Puri ketiga:
Ciri-ciri hidupnya: Sudah mulai
menjalankan hidup teratur, dengan melaksanakan kebajikan-kebajikan, juga tampak
secara teratur ber-meditasi dan melakukan praktek-praktek kesalehan spiritual yang
lainnya (berpuasa –senin/kemis, mutih, hari empat puluh, jamasan di simpangan
sungai, ngebleng/ pati geni dll).
Tahap dua : Piwulang (melakukan pitutur) bagi
siswa Jendra yang telah berpengalaman
(‘proficien’ / menuntun siswa dengan ‘Dhawuh‘).
Puri ke-empat :
"prayer of quiet" (meditasi hening) : Yang didahului
dengan menghadiri acara kembul bujana, yang di-adakan secara rutin setiap 36
hari sekali oleh puri-puri binaan ataupun puri sepuh, yang ditandai dengan
kesadaran penuh akan kehadiran Tuhan di dalam jiwa-nya. Meditasi hening
ini adalah menjadi semacam pe-nyala-an kehendak, sesuai dengan kehendak Tuhan,
yang ditandai dengan pertumbuhan dalam semua kebajikan, takut akan Allah,
kerendahan hati, percaya penuh akan Kuasa Tuhan dan kemerdekaan rohani karena
pertobatan.
Tahap tiga : Persatuan (Nyawiji dengan Kehendak
Tuhan)
Puri kelima:
"Prayer of quiet" (meditasi hening) : Persatuan
(penyawijian) sederhana. Ciri-ciri hidupnya : tidak ada distraksi / pelanturan, kepastian akan persatuan (penyawijian)
yang erat dengan Tuhan, kehendak yang kuat dan kerendahan hati yang sangat
mendalam. Tekun dalam menghadiri pertemuan-pertemuan rutin maupun esidentil
ketika mendapat undangan sekalipun undanganya via lesan (tidak tertulis kertas
undangan maupun sms).
Puri ke-enam :
"Ecstatic" (conforming union) : Persatuan
(penyawijian) yang senantiasa ber-usaha menyesuaikan diri dengan setiap
kehendak sang Hyang Suksma.
Ciri-ciri hidupnya : Tetap tenang kendatipun
mengalami luka-luka kasih, hidupnya senantiasa dalam pergolakan, percobaan /
ujian hidup yang terlihat dari luar ataupun di dalam hati, memiliki kehendak spiritual
yang kuat (mempeng), melakukan praktek konseling atau ‘spiritual service’.
Puri ke-tujuh:
"Mysical Marriage" Perkawinan Mistik atau
transforming union : persatuan (penyawijian) yang mengubah diri dari simpatisan
menjadi nyiswa Jendra. Ciri-ciri hidupnya: Memiliki kehendak yang kuat untuk
melayani Tuhan (Ngawula) / "spiritual service"; melupakan kehendak diri
sendiri, hanya memusatkan diri pada Tuhan dan segala kehendak-Nya (sebagai Punggawa).
Salam
_/|\_ Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar