Oleh : Budi Siswanto
Tehnik
dalam menuntun
siswa Jendra untuk
bersemadi dan nyawiji
Definisi
: Menuntun
meditasi seseorang yang baru belajar adalah salah satu kewajiban setiap siswa
Jendra yang sudah di wejang. Hal ini
dikmaksudkan agar siswa Jendra yang baru pertama kali duduk bersamadi memiliki
rasa nyaman karena dituntun oleh orang yang sudah dikenalnya, baik secara
sosial maupun secara rohani. Beda halnya jika siswa baru itu di tuntun oleh
Guru lantaran ataupun Pinisepuh, disamping canggung juga ada daya spiritual
yang lebih besar muncul dari dalam diri Pinisepuh tersebut, akibatnya sang
murid baru akan kalah yoni, ada rasa takut, gemetar, tidak nyaman dsb.
Perlu
Diketahui :
Menuntun meditasi akan berhasil, jika seorang siswa atau lebih yang akan dituntunnya bersedia untuk
melakukan latihan meditasi.
-
Alam pikiran manusia dibagi menjadi dua, yaitu alam sadar (conscious mind) dan
alam bawah sadar (unconscious mind). Tujuan latihan meditasi adalah membuat seorang siswa Jendra baru, untuk masuk dan berada di alam bawah sadar
mereka. Yaitu
sebuah keadaan atau kondisi, dimana seorang siswa Jendra yang baru belajar melakukan berbagai
macam hal dan yang dilakukan
dalam pengaruh sadulur papat yang
disebut “nyawiji” atau dalm
bahasa spiritual asingnya disebut “intrans”.
Prosedur :
1. Percaya Diri
Sebelum
melakukan penuntunan dalam bersemadi,
anda harus benar-benar yakin dan percaya bahwa anda mampu menuntun orang lain
untuk nyawiji. Yakinkan diri anda bahwa anda adalah seorang ahli
meditasi yang hebat. Sebab tanpa rasa percaya diri seperti ini, maka tuntunan anda dalam mengajari orang lain dalam
bermeditasi pasti gagal. Kita akan mengalami capek berteriak-teriak, mengisikan
tenaga dalam sampai berkeringat, akan tetapi siswa yang kita tuntun sama sekali tidak menunjukan
tanda-tanda nyawiji. Jadi kesimpulanya, dalam menuntun siswa baru untuk bisa
nyawiji ataupun tidak, peranan seorang penuntun sangatlah penting.
2.
Ritme
Sesuaikan
ritme napas dan suara anda dengan kecepatan nafas siswa yang dituntun. Hal ini
bisa dilakukan dengan memperhatikan gerakan rongga dada atau diafragma saat
siswa yang dituntun bernafas. Saat yang paling tepat untuk menggiring seorang siswa yang sedang dituntun bermeditasi dalam memasuki alam bawah sadar atau
nyawiji mereka, adalah saat siswa
yang dituntun sedang menghembuskan nafas, oleh karena itu setiap akan memulai
meditasi selalu di ajarkan menghembuskan napas 3x. lalu membaca mantra pembuka
meditasi.
Biasanya,
jika tuntunan meditasi berjalan dengan sukses, tempo dan ritme nafas siswa yang
dituntun menjadi lebih lambat, bahkan nyaris tak bernafas. Saat itu,
perlambatlah tempo dan ritme bicara anda selaku juru penuntun meditasi, sesuai dengan ritme nafasnya seorang siswa yang dituntun.
Ada dua macam nada suara yang dapat
digunakan dalam menuntun seseorang untuk masuk dalam kondisi meditasidan pada
akhirnya akan nyawiji.
a) Nada
Suara Monoton
Metode ini sering dipakai oleh Pinisepuh
yang sudah lanjut usia. Nada suara monoton adalah nada suara yang datar dan
cenderung sama dari awal sampai akhir, dengan penggunaan kata yang
terus-menerus diulang. Tujuan menggunakan nada suara monoton adalah agar alam
sadar siswa yang dituntun merasa bosan dan jenuh, sehingga ia lebih mudah
memasuki alam bawah sadarnya atau nyawiji
Nada suara yang dipakai adalah nada suara
naik-turun, lemah-keras, rendah-tinggi. Para penuntun meditasi Jendra yang masih tergolong berusia muda, mula-mula akan berbicara dengan nada rendah,
kemudian semakin meninggi hingga membawa seorang siswa
yang dituntun untuk nyawiji atau ke dalam keadaan “intrans”.
Silakan
pilih salah satu nada suara yang sesuai dengan kepribadian anda. Pilihlah yang
paling nyaman dan enak saat anda mengucapkannya. Sesuaikan dengan usia anda
atau kondisi lingkungan, perumahan yang rapat penduduk tentu mendorong kita untuk berbicara agak
lirih, akan tetapi kalau kita menuntunya jauh dari pemukiman penduduk, kita
bisa berteriak atau membentak-bentak siswa yang dituntun, itu tidak akan
menjadi persoalan, sebab dimungkinkan tidak akan ada masalah dengan lingkungan.
4. Membawa siswa Jendra masuk
dalam kondisi nyawiji
Pertama : perintahkan siswa yang dituntun untuk
melakukan suatu rutinitas, misalkan “Kula nyuwun, asta kula kekalih dipun
obah-obahaken tanpa kula seja “. Kalimat ini hendaknya diulang-ulang
oleh si-penuntun dengan pilihan suara sesuai dengan karakter penuntun itu
sendiri.
Sesekali
perintahkan untuk “Tarik nafas dalam-dalam…….dan hembuskan….” kegiatan inipun bisa
diulang-ulang hingga siswa yang dituntun mencapai nyawiji.
Perhatikan
temperature leher dibawah telinga, temperature punggung telapak tangan, atau
punggung telapak kaki, atau kelopak mata siswa yang di tuntun, kalau
berpijar-pijar atau mata tertutup ringan, itu tandanya sudah memasuki proses
nyawiji
atau dalam kondisi “intrans”.
Lalu
tanyakan pada pribadi yang ada di dalam alam bawa sadarnya siswa yang di sedang
dituntun “ sinten
asmanipun paduka? ” atau “Siapakah nama anda?”
Kedua : Ditengah-tengah
anda mengajukan pertanyaan, kirim “energy
hawa murni”,
hal ini akan membantu siswa yang di tuntun, agar sang Wisudi ( Roh yang menjaga cakra Leher/ongga mulut ) untuk menggerakan lidah atau
otot leher agar siswa yang sedang berlatih meditasi bisa berbicara ( Dhawuh ).
Sebab jika hal ini tidak kita lakukan, maka tubuh siswa yang kita tuntun akan
bergetar keras, dengan maksud beliu ( sadulur- papat ) akan berkomunikasi dengan kita
melalui bahasa isayarat, yang dalam ilmu meditasi di sebut gerak orhiba.
Dalam menuntun meditasi, kalimat
yang digunakan hendaklah kalimat positif, sebaiknya hindari penggunaan kata “ tidak ”, “
Bukan ”, “Jangan “, “ Barang
kali” atau kalimat yang tidak jelas
maksudnya seperti “ Ehmmm, anuh, eee, eeng” dll.
6. Penutup
Penutup
dalam meditasi sangatlah penting, seorang juru penuntun wajib melakukan
tuntunan penutupan dalam meditasi, bentuk penutupannya bisa berupa do’a,
sugesti, janji-janji ataupun berkah/berkat/bleessing.
Contoh : Putra wayah
ngaturaken agunging panuwun, awit Eyang kersa rawuh lan paring indi tetepangan.
Sak lajengipun, putra wayah nyuwun dipun jangkungi ing waci siang dalahsan
ratri, pinaringan gampil sarinig gambil ing anggenipun makarya lan madhos
pagupa raga lan jiwa, pinaringan sansaya kuat, sansaya sehat, sansaya makmur
lan sansaya anom.
Untuk berkat : mintalah kepada kekuatan yang maha tinggi yang
tinggal di dalam diri siswa yang sedang belajar meditasi, untuk menggerakan
kedua tangan siswa tersebut dan arahkan kedua telapak-tangan tersebut menghadap
ke ibu bumi sambil mengucapkan : “Tumuruno
berkah kang saka sang Hyang Suksma, kang paring panguripan, kasuburan,
katentreman lan yuswa widodo, marang sapa wae kang urip dalahsan eleng ing
jagad padang iki”.
Setelah
berkat, seorang juru penuntun meditasi memegang kedua pergelangan tangan siswa
yang di tuntunya, lalu perdengarkan suara mantra penutup “ Nyuwun teguh, rahayu, selamet lan nyuwun likar “.
Setelah
mantra penutup di perdengarkan, juru penuntun wajib membantu siswa yang sedang
berlatih meditasi untuk menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangannya
sendiri. Lalu siswa yang sedang berlatih disarankan untuk membuka kelopok
matanya pelan-pelan dan semua otot yang tegang diregangkan dan minumlah
sebanyak mungkin air putih untuk mencegah dehidrasi.
Selamat berkarya dan melayani
Tuhan….Rahayu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar